Metode Hidroponik Sistem Sumbu dan Rakit Apung
Halo Sobat HOST,
senang bisa menyapa kalian lagi. HOST datang lagi nih pastinya dengan informasi
yang menarik dan bermanfaat. Hari ini kita mau bahas apa yaaa???
Jadi hari ini kita
masih membahas sistem hidroponik yaitu Sistem Sumbu dan Sistem Rakit Apung. Yuk
langsung aja kita baca dan pahami satu persatu.
·
SISTEM
SUMBU
Sistem
Sumbu (Wick System) merupakan metode
hidroponik yang menggunakan bantuan sumbu sebagai penghubung antara nutrisi dengan
perakaran pada media tanam (Kamalia et
al., 2017). Sistem sumbu dapat dikatakan metode yang paling sederhana
diantara metode hidroponik yang lain karena tidak memerlukan listrik. Sistem
sumbu dapat dikatakan sebagai sistem pasif karena tidak ada bagian yang
bergerak, akar pada tanaman tidak bersentuhan secara langsung dengan air
nutrisi sehingga dalam pemberian asupan nutrisi membutuhkan media berupa sumbu
untuk disalurkan ke akar tanaman. Bahan yang dapat digunakan sebagai sumbu
yaitu kain flanel, tali fibrosa, jenis propylene, sumbu obor tiki, tali rayon
atau mop helai kepala, benang poliuretan dikepang, tali wol.
Menurut Susilawati (2019), sistem sumbu sangat
cocok bagi pemula yang sedang mencoba hidroponik namun kurang efektif apabila
digunakan untuk tanaman yang membutuhkan banyak air. Prinsip kerja dari sistem
sumbu merupakan prinsip kapilaritas yaitu menggunakan sumbu yang dapat menyerap
air sebagai jembatan pengalir air nutrisi dari wadah penampung air ke akar
tanaman. Alat yang dibutuhkan pun sangat mudah yaitu berupa bak plastik,
sterofoam berlubang, netpot, bahan sebagai sumbu seperti kain flanel, larutan
nutrisi dan media tanam seperti rockwoll, perlite, cocopeat dan hidroton.
Kelebihan
sistem sumbu menurut Susilawati (2019)
a. Biaya
tergolong sangat murah dan tidak bergantung pada listrik
b. Bentuk
yang sederhana dapat memudahkan bagi pemula untuk budidaya hidroponik
c. Frekuensi
penambahan nutrisi lebih jarang karena menggunakan sumbu sebagai jembatan
nutrisi
Kelemahan sistem sumbu menurut Susilawati (2019)
a. Sedikit
sulit dalam mengontrol pH air apabila jumlah tanaman banyak
b. Hanya
cocok untuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air karena kemampuan kapiler
sumbu dalam menyalurkan nutrisi bersifat terbatas.
·
SISTEM
RAKIT APUNG
Sistem rakit apung adalah salah satu teknik
dalam budidaya tanaman dengan cara menanam tanaman pada lubang instalasi yang
mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung (Kratky, 2009).
Sistem rakit apung merupakan pengembangan dari sistem bertanam secara
hidroponik yang dapat digunakan sebagai kepentingan komersial dengan skala
kecil maupun besar. Prinsip kerja sistem rakit apung hampir sama dengan sistem
sumbu yaitu sistem pasif karena tidak ada bahan yang bergerak dan sistem yang
sangat sederhana. Perbedaannya dalam sistem rakit apung tidak memerlukan sumbu
sebagai penghubung nutrisi dengan akar namun media tanam dan akar tanam
langsung menyentuh larutan nutrisi. Sistem rakit apung sangat cocok untuk
tanaman yang membutuhkan air banyak dengan jangka waktu yang relatif singkat
seperti kangkung, pakchoy dan caisin (Susilawati, 2019).
Alat yang dibutuhkan dalam sistem rakit
rapung yaitu berupa bak plastik, sterofoam berlubang,
netpot, larutan nutrisi dan media tanam seperti rockwoll. Wadah pada sistem
rakit apung cenderung tertutup sehingga oksigen sulit didapatkan, maka dari itu
diperlukan aerator atau airstone yang dapat membantu memberikan oksigen pada
tanaman.
Hidroponik sistem rakit apung memiliki
kelebihan karena lebih mudah dalam aplikasinya, tidak membutuhkan energi listrik
serta minim tenaga kerja sehingga sistem ini dapat diterapkan dalam skala kecil
di rumah tangga hingga skala besar (Yunindanova et al., 2018). Selain itu menurut Susilawati (2019), kelebihan dari
sistem rakit apung adalah biaya pembuatan yang murah dan bahan mudah dicari,
perawatan tidak sulit, tidak tergantung pada listrik. Kekurangannya yaitu akar
tanaman lebih rentan mengalami pebusukan karena terus tergenang dalam air
larutan nutrisi dan kadar oksigen yang sedikit.
Oke jadi itu informasi menarik dan bermanfaat
yang HOST sedian untuk Sobat HOST sekalian. Semoga bermanfaat buat kita semua
yaaa. Tunggu info-info menarik dari kami ya Sobat. See u
Sumber
Kamalia, S., Parawita, D., & R, Soedrajad. (2017). Teknologi Hidroponik Sistem Sumbu Pada Produksi
Selada Lollo Rossa (Lactuca Sativa L.) Dengan Penambahan Cacl2
Sebagai Nutrisi Hidroponik. Jurnal
Agroekoteknologi, 11:(1), 96-106
Kratky, B.A. 2009. Noncirculating hydroponic method for leaf and
semihead lettuce. J Hort Tech. 3(2): 206-207. ISSN 1995-0756.
Susilawati. (2019). Dasar-dasar
Bertanam Secara Hidroponik. Palembang: Unsri Press
Yunindanova, M. B., Darsana, L., & Putra, A.P. (2018). Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Seledri Terhadap Nutrisi Dan Naungan
Menggunakan Sistem Hidroponik Rakit Apung. Jurnal
Agroekoteknologi. 9 :(1). 1-8
Bermanfaat banget informasinya kak
ReplyDeletesehatbersamahidroponik.blogspot
ReplyDeleteKeren bangetttt
ReplyDeletesangat bermanfaattt
ReplyDelete